Minggu, 03 April 2011

Plengkung


Sampai saat ini di Yogyakarta cuma dikenal ada 4 (empat) plengkung atau gapura dengan plafon yang melengkung indah sehingga diberi nama tersendiri. Padahal aslinya plengkung ini ada 5 (lima) buah, namun sejalan dengan waktu, sebuah plengkung dibuntukan yaitu plengkung Suryomentaraman pada 23 Juli 1812. Menurut buku yang ditulis oleh KRT Partahadiningrat, penutupan plengkung ke-lima ini dibuat syair "mijil" yang menyatakan "plengkung lima, mung papat mengane" artinya, ada lima gapura melengkung tetapi hanya empat yang terbuka.

Gapura Plengkung yang pertama adalah di bagian barat Alun-Alun Utara yaitu Plengkung Jagasura atau dikenal pula sebagai Plengkung Kaputran (dari kata putran yang berari putera), karena pasukan elit gerak cepat yang disitu adalah kompi Jagasura. Sisi sebelah barat kraton terdapat Plengkung Jagasura atau disebut pula Plengkung Tamansari karena merupakan pintu masuk ke kompleks istana air Tamansari. Sebelah selatan Alun-Alun Selatan terdapat Plengkung Nirbaya atau dikenal pula sebagai Plengkung Gading karena di sebelah selatan plengkung adalah wilayah dengan nama Gading. Kata nirbaya berasal dari dua unsur kata yakni nir 'hilang, tanpa' dan baya 'bahaya', sehingga Plengkung Nirbaya mempunyai arti jalan keluar masuk ke kraton tanpa bahaya, maksudnya ialah jalan yang memberikan keselamatan.

Gapura ke empat Sisi timur kraton terdapat Plengkung Madyasura atau dikenal pula sebagai Plengkung Buntet (buntet berarti buntu) karena dulu sengaja ditutup menjelang serangan tentara Inggris. Gapura ke-lima terletak di sebelah timur Alun-Alun Utara terdapat Plengkung Tarunasura atau dikenal pula sebagai Plengkung Wijilan sebab yang menjadi penjaganya adalah para kawula muda yang gagah perkasa.

Bagian luar beteng dikelilingi oleh parit yang mengalirkan air jernih. Tetapi sejalan dengan pertumbuhan masyarakat yang membangun rumah sekitar beteng, maka amat sulit untuk menemukan bekas-bekas parit disekitar beteng Yogya.

Bagian atas plengkung dapat digunakan untuk pelataran yang dinamakan panggung, sehingga plengkung juga disebut sebagai Gapura Panggung (pintu gerbang sekaligus panggungan). Panggungan ini dilengkapi dengan 2 buah gardu untuk tempat menembak dan longkangan (celah) tempat meriam di empat arah. Semua plengkung tersebut, secara garis besar bentuk arsitekturnya sama. Jalan masuk ke arah plengkung diberi jembatan gantung yang bisa ditarik buka tutup.

Plengkung bagian dalam dibangun padarakan (pos penjagaan), yang bertugas menjaga Plengkung Tarunasura dan Plengkung Jagasura adalah abdi dalem prajurit Bugis, sedangkan yang bertugas menjaga Plengkung Nirbaya dan Jagabaya adalah abdi dalem prajurit Surakarsa, namun yang bertugas membuka dan menutup pintu, sekarang sudah tidak ada lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan kirimkan komentar Anda!

Administrator